17 Mei 2024
Pertanian

Laboratorium Lapang, Demplot CSA Diterapkan pada 9.381 Hektar Lahan Percontohan

post-img
PROGRAM SIMURP: SIMURP merupakan integrasi empat kementerian dan lembaga [K/L] yakni Badan Perencanaan Pembangunan Nasional [Bappenas], Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat [PUPR], Kementerian Dalam Negeri dan Kementan. Pendanaannya didukung Bank Dunia dan Bank Investasi Infrastruktur Asia [AIIB].

JAKARTA - Pengembangan Pertanian Cerdas Iklim atau Climate Smart Agriculture [CSA] setelah berlangsung pada 2019 hingga 2023 layak dilanjutkan agar dapat diterapkan ke seluruh Indonesia. Manfaat CSA telah dirasakan petani di antaranya penerapan Demonstration Plot [Demplot] CSA, 2021 - 2023, pada 9.381 hektar lahan percontohan sebagai ´Laboratorium Lapang´ dari target 12.160 hektar sawah CSA pada 24 kabupaten di 10 provinsi.

Demplot adalah suatu metode penyuluhan pertanian ke petani, dengan cara membuat lahan percontohan agar petani bisa melihat dan membuktikan terhadap objek yang didemonstrasikan.

Sekitar 35 Master Trainer bersama 562 penyuluh terlibat pengembangan Demplot CSA sebagai Lahan Percontohan bagi 9.264 petani dari 585 kelompok tani [Poktan] didampingi 562 penyuluh dari 76 Balai Penyuluhan Pertanian [BPP]. Demplot CSA dikembangkan oleh Kementerian Pertanian RI bersama Program Strategic Irrigation Modernization and Urgent Rehabilitation Project [SIMURP].

Capaian Output Demplot CSA pada 2021 hingga 2023 mengemuka pada Seminar Nasional Hasil Penelitian CSA di Jakarta, akhir Maret 2024, yang dihadiri Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian Kementan [BPPSDMP] Dedi Nursyamsi selaku keynote speaker.

Diketahui, SIMURP merupakan integrasi empat kementerian dan lembaga [K/L] yakni Badan Perencanaan Pembangunan Nasional [Bappenas], Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat [PUPR], Kementerian Dalam Negeri dan Kementan. Pendanaannya didukung Bank Dunia dan Bank Investasi Infrastruktur Asia [AIIB].

Sasaran SIMURP Kementan pada 2019 hingga 2023 adalah 35 Master Trainer CSA, 76 BPP, 366 Trainer Penyuluh CSA, 1.824 Poktan Agen CSA, 2.430 Poktan CSA terafiliasi Perkumpulan Petani Pemakai Air [P3A], 12.160 hektar sawah CSA dan 60.800 Rencana Tindak Pengendalian [RTP] CSA.

Pengembangan CSA sejalan arahan Menteri Pertanian RI Andi Amran Sulaiman yang terus mendorong dan mengawal pertanian berwawasan iklim CSA, agar tetap kreatif dan inovatif bagi mitigasi perubahan iklim global.

"Fokus kerja Kementan pada 2024 adalah memperkuat produksi berbagai komoditas pokok seperti padi dan jagung di tengah perubahan iklim global," kata Mentan Amran.

Sementara Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Kementan [BPPSDMP] Dedi Nursyamsi mengatakan,  keberhasilan kebijakan Kementan memerlukan sinergi antara seluruh insan pertanian didukung oleh stakeholders terkait di antaranya SIMURP.

"Untuk itu diperlukan langkah awal dalam upaya peningkatan wawasan dan pemahaan serta penyamaan persepsi dalam upaya mencapai swasembada padi dan jagung,” katanya.

Laboratorium Lapang
Demplot CSA sebagai ´Laboratorium Lapang´ mendorong petani lebih fokus belajar setelah melihat secara langsung di lapangan untuk teori dan praktik seperti dilakukan petani CSA di Desa Kroyo, Kecamatan Gebang, Kabupaten Purworejo, Provinsi Jawa Tengah, belum lama ini.

Ketua Poktan Sido Makmur, Martono mengatakan petani yang menjadi peserta kegiatan dapat melihat secara langsung kegiatan yang dilakukan serta dapat memantau pertumbuhan tanaman secara langsung.

"Petani juga dapat membandingkan tanaman padi Jajar Legowo 2 : 1 dengan perlakuan organik dengan tanaman di sekitar kegiatan Demplot tersebut," katanya.

Demplot dilakukan secara swadaya pada lahan Kasyono, salah satu anggota Poktan. Pupuk kandang sebagai pupuk dasar juga disediakan secara swadaya dari Kasyono sendiri. Sementara praktik pengolahan pupuk, pembuatan pupuk organik cair serta kegiatan lainnya dilakukan bersama-sama.

"Pemilik lahan diuntungkan dengan mendapatkan dukungan tenaga untuk mempersiapkan bahan-bahan serta pengelolaan tanaman," kata Martono.

Anggota kelompok tani, katanya lagi, juga diuntungkan dengan mendapatkan tempat atau laboratorium untuk praktek dan belajar secara langsung.

Dia menambahkan, petani peserta kegiatan dapat melihat secara langsung kegiatan-kegiatan yang dilakukan serta dapat melihat pertumbuhan tanaman secara langsung.

"Petani juga dapat membandingkan tanaman padi Jajar Legowo 2:1 dengan perlakuan organik pada tanaman di sekitar kegiatan Demplot yang dilakukan," pungkas Martono. [timsimurpkementan]

 

 

Artikel Lainnya

Tentang Kami

Kami Menyajikan informasi terkini dan terbaru seputar ekonomi, politik, hiburan , mancanegara, dan gaya hidup