02 Mei 2024
Pertanian

Kementan Ajak Petani Milenial Adaptasi El Nino bagi Ketahanan Pangan Nasional

post-img
POLBANGTAN MEDAN: Kepala BPPSDMP Kementan, Dedi Nursyamsi di Jakarta [kanan] membuka via daring Webinar MAF Volume 4 Edisi 39 bertajuk `Strategi Adaptasi El Nino terhadap Ketahanan Pangan Nasional` yang digelar Polbangtan Medan selaku host MAF dan dipusatkan di Medan, Sumut.

MEDAN - Petani milenial dan wirausahawan muda pertanian diajak Kementerian Pertanian RI untuk terlibat aktif melakukan adaptasi terhadap El Nino, utamanya menjaga produktivitas pertanian bagi ketahanan pangan nasional. Pasalnya, ancaman kekeringan akibat El Nino diperkirakan berlangsung hingga Oktober 2023 pada wilayah sentra produksi pertanian.

Seruan tersebut dikemukakan Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian Kementan [BPPSDMP] Dedi Nursyamsi di Jakarta, Sabtu [2/9] saat membuka Webinar Millenial Agriculture Forum [MAF] Volume 4 Edisi 39 bertajuk ´Strategi Adaptasi El Nino terhadap Ketahanan Pangan Nasional´ yang digelar Polbangtan Medan selaku host MAF yang dipusatkan di Medan, Sumut.

Hal itu sejalan arahan Menteri Pertanian RI Syahrul Yasin Limpo yang meminta pada seluruh jajarannya di Kementan, untuk melakukan langkah strategis antispasi sekaligus adaptasi terhadap El Nino 2023.

"Semua pihak harus bergerak melakukan kolaborasi, adaptasi dan antisipasi terhadap berbagai tantangan yang ada, termasuk menghadapi cuaca ekstrem El Nino," katanya.

Mentan Syahrul memastikan bahwa jajaran Kementan telah siap siaga di lapangan untuk melakukan langkah-langkah preventif dalam menghadapi ancaman global El Nino, juga persiapan pemerintah daerah ikut serta membantu para petani yang kesulitan dalam menghadapinya.

Webinar MAF digelar Polbangtan Medan secara hibrid, dihadiri Direktur Polbangtan Yuliana Kansrini selaku host MAF; Kepala Pusat Pendidikan Pertanian BPPSDMP Kementan [Pusdiktan] Idha Widi Arsanti dengan Moderator Dedet Deperiky.

Narasumber yang hadir antara lain Kepala Pusat Riset Tanaman Pangan - Badan Riset dan Inovasi Nasional [BRIN] Yudhistira Nugraha; Pusat Riset Iklim dan Atmosfer BRIN, Elza Surmaini; dan Founder Ukri Hidroponik, Agrotek Unaya/Duta Petani Milenial 2021, Marzukri.

Kepala BPPSDMP Kementan, Dedi Nursyamsi mengingatkan bahwa Badan Metrologi, Klimatologi dan Geofisika [BMKG] memprediksi fenomena El Nino, dari peningkatan suhu yang memicu temperatur diatas Samudra Pasifik lebih hangat.

"Akhirnya udara mengalir dari tekanan tinggi ke tekanan rendah, karena uap air terbawa ke Samudra Pasifik, maka uap air di Indonesia berkurang signifikan sehingga peluang hujan turun secara signifikan," katanya.

Dedi Nursyamsi menambahkan air merupakan faktor produksi yang sangat vital bagi pertanian demi kelangsungan makhluk hidup dan petani mengandalkannya melalui irigasi.

"Cara mencegah adalah dengan mencari alternatif sumber air selain air hujan. El Nino tidak dapat dicegah, namun bisa diantisipasi dan dimitigasi yang tepat karenanya itu perlu ada strategi khusus untuk menghadapinya," katanya lagi.

Direktur Polbangtan Medan, Yuliana Kansrini mengingatkan mahasiswa/i dan alumni yang hadir secara offline maupun online untuk menyimak sungguh-sungguh kegiatan MAF.

"Webinar MAF ini sangat berguna untuk membuka wawasan dan pengetahuan serta pemahaman terhadap fenomena El Nino saat ini maupun antisipasi ke depan," katanya.

Upaya Adaptasi
Petani milenial Marzukri mengatakan berupaya melakukan adaptasi terhadap El Nino, utamanya penyiapan lahan dengan dua cara. Pertama, Olah Tanah Sempurna [OTS] apabila kadar liat tanah tinggi atau Tanpa Olah Tanah [OTT] apabila lahan gembur.

"Misalnya penanaman jagung pada musim hujan biasanya perlu dilakukan OTS, ketika musim kemarau di tengah El Nino saat ini dilakukan dengan TOT," katanya.

Kepala Pusat Riset Tanaman Pangan BRIN, Yudhistira Nugraha mengemukakan tentang adaptasi untuk antisipasi kekeringan yakni pemetaan dan pewilayahan daerah yang potensi terjadinya kekeringan. Daerah dengan kekeringan tinggi melalui pengelolaan air dengan memanfaatkan embung, dam parit, long storage dan pompanisasi.

"Pemanfaatan rawa lebak untuk produksi tanaman pangan, karena dalam kondisi susut air di rawa lebak, luas lahan tanam komoditas pangan menjadi bertambah. Gunakan varietas toleran berumur genjah dan toleran kekeringan untuk padi seperti Inpari 39, Cakrabuana dan Padjadjaran," katanya.

Sementara Elza Surmaini dari Pusat Riset Iklim dan Atmosfer BRIN mengelaborasi terminologi kekeringan yakni ´kekeringan meteorologis´ berupa kekurangan curah hujan suatu wilayah pada periode tertentu, akibatnya lag atau jeda waktu air tidak cukup tersedia untuk tanaman.

"Kekeringan agronomis, periode berkurangnya kelembaban tanah yang menyebabkan penurunan produksi dan puso berupa lag atau jeda pengurangan air permukaan dan air tanah," katanya.

Sedangkan ´kekeringan hidrologis´, kata Elza, memicu simpanan air pada air permukaan dan air tanah rendah berupa aliran debit rendah [semi-tahunan].

Sementara Kapusdik Idha Widi Arsanti dalam closing-nya menyoroti tentang Strategi Adaptasi El Nino yakni diversifikasi tanaman, pengelolaan air secara efisien, tata kelola air bersih, praktik pertanian berkelanjutan, penggunaan varietas tanaman tahan kekeringan, pengendalian hama dan penyakit.

"Tak kalah penting adalah pengembangan infrastruktur pertanian ditunjang pengembangan teknologi pertanian dan akses pasar melalui rantai pasokan pangan," katanya. [ira/timhumaspolbangtanmedan]

 

Artikel Lainnya

Tentang Kami

Kami Menyajikan informasi terkini dan terbaru seputar ekonomi, politik, hiburan , mancanegara, dan gaya hidup